“Tak Kan Pernah Ada” masih mengalun dari MP3-nya Andre. Mulutnya ikut
komat-kamit mengikuti irama lagunya Geisha. Hmm, kelihatannya Andre begitu
menjiwainya. Kenapa nih anak jadi termehak-mehek begini ya? Memang ada yang
lain dalam diri Andre. Setelah setahun persahabatannya dengan Rere berjalan.
Susah senang dilaluinya bersama. Rere memang sahabat yang baik dan manis. Mang
begitu kok kenyataannya. Bukannya Andre berlebihan dalam menilainya. Sahabat
yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk berbagi
tawa. Rere pernah bilang kalo semua saran Andre selalu diturutin dan begitupun
sebaliknya. Pokoknya di mana ada Andre di situ ada Rere. Begitulah hampir
setiap ada kesempatan mereka selalu pergi bersama-sama. Gak ada pikiran yang
“aneh”. Gak ada perasaan apa-apa termasuk cinta!.
Tapi kenapa Rere sampai saat ini belum juga punya cowok ? Padahal kalo
dipikir-pikir Rere gak sulit untuk mendapatkan cowok. Mang sih Rere adalah tipe
cewek yang sulit jatuh cinta. Gak sembarangan Rere menilai seorang cowok. Ya
memang, inilah yang membuat Andre takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi
permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Andre
terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must
have been love kata Roxette. Ah, Andre terus memendam perasaannya.
Sampai-sampai suatu ketika Andre dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang
dulu gak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Rere menceritakan kalo ada cowok
yang naksir padanya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang cemburu tidak
mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Andre makin
ketar-ketir aja dibuatnya. Andre benar-benar gelisah. Lama-lama tersiksa juga
batinnya. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Andre
yang gak karuan tentang Rere. Cuma gak ada keberanian. Andre takut kalo Rere
membencinya. Ini gak boleh terjadi.
Kemudian akhirnya Andre berusaha untuk melupakannya tapi gak bisa, malah rasa
sayang yang semakin membara. Apakah salah kalo Andre ingin menjalin hubungan
yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Andre harus berani.
Harus berani ambil segala resikonya.
“Rere, aku mencintaimu” kata Andre akhirnya setelah sekian lama dipendamnya.
“Aku akan serius ma kamu dan mau menyayangimu seutuhnya”.
Ia pandangi wajah Rere. Gak ada amarah di wajahnya yang ada hanya tangis. Ups,
Rere menangis. Andre makin bertanya-tanya. Baru kali ini Andre melihat Rere
menangis.
“Kenapa Re? Apa kata-kata ku nyakitin perasaan kamu?”
Rere menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan ke Andre. Andre siap
mendengarkan jawaban Rere. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan
benar juga, kata tidak yang terlontar dari mulutnya. Ya, Andre harus
menerimanya. Sepeti kata Eric Segal dalam bukunya, “Cinta berarti kamu takkan
sekali saja melafalkan kata sesal”. Rasanya dada terasa mau jebol, gerimis
serasa hujan badai. Sepinya malam itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka
berdua saja di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan
bumi.
“Maafin aku ya, Ndre?” tangan Rere menggenggam jemari Andre. Andre terdiam.
“Kamu pasti kecewa ma jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’
ma kamu. Aku hanya takut perasaan ini hanya ilusi aja”.
“Re, Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan
biarkan aku memohon maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi
jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu
sampai nafas terakhirku” Andre tetap gak yakin akan perasaannya. Andre merasa
Rere akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Rere erat-erat.
Dibelainya rambutnya dengan penuh kasih sayang.
“Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Rere masih dalam pelukan
Andre. “Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan
waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di
tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu
percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu terjadi pada
kita, Ndre”
Andre mulai merenungi kata-kata Rere. Dilepaskannya pelukannya kemudian
dipandanginya wajah Rere dalam-dalam. Ternyata Andre masih bisa menikmati
senyum manis Rere. Masih bisa merasakan sejuknya tatapan Rere. Ia gak mau
kehilangan semuanya itu.
“Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi gak habis dimakan api bisa memberi
cahaya dan menerangi hatimu” kata Andre sambil menyeka air mata di pipi Rere.
“Iya, Ndre. Soalnya hati hanya dapat mencintai sekejap. Kaki cuma bisa
melangkah jauh dan lelah. Busana tak selamanya indah dalam tubuh. Tapi memiliki
sahabat sepertimu adalah keabadian yang tak mungkin kulupakan” begitu pinta
Rere disambut senyum Andre. Mereka saling berpelukan lagi. Tanpa beban tanpa
terbatas ruang dan waktu. Hmm… apa bisa Andre menyimpan rapat-rapat perasaannya
berlama-lama ? Only time will tell…
Dari Sebuah Diary Hati
06.30 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rainbow Link by Tutorial Blogspot
Cursor Buble Effect by Tutorial Blogspot
Fitur Semut Blog by Tutorial Blogspot
Twitter Bird on The Tree by Tutorial Blogspot
Cursor Buble Effect by Tutorial Blogspot
0 komentar:
Posting Komentar